Apakah Sapi Kurban Harus Berkualitas?

apakah-sapi-kurban-harus-berkualitas

Apakah Sapi Kurban Harus Berkualitas? Ibadah kurban yang dilaksanakan setiap Iduladha merupakan salah satu ritual penting dalam Islam, mencerminkan ketaatan kepada Allah dan semangat berbagi dengan sesama. Di Indonesia, sapi menjadi pilihan utama hewan kurban karena ketersediaannya yang melimpah dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan daging bagi banyak orang. Namun, sering muncul pertanyaan: apakah sapi kurban harus berkualitas tinggi, seperti sapi gemuk atau dari ras unggul, agar diterima sebagai ibadah? Hingga 8 Juni 2025, isu ini relevan di tengah meningkatnya kesadaran masyarakat akan standar syariat dan kualitas hewan kurban. Artikel ini mengulas ketentuan syariat tentang kualitas sapi kurban, pandangan ulama, serta pertimbangan praktis dalam memilih hewan yang sesuai untuk ibadah. BERITA BOLA

Ketentuan Syariat tentang Hewan Kurban: Apakah Sapi Kurban Harus Berkualitas?

Syariat Islam menetapkan beberapa syarat agar hewan kurban, termasuk sapi, sah untuk disembelih. Menurut Al-Qur’an, Surah Al-Hajj ayat 34, hewan kurban harus berasal dari ternak yang dibentuk Allah untuk keperluan ibadah. Hadis riwayat Muslim menyebutkan bahwa sapi kurban harus cukup umur (minimal dua tahun), sehat, dan bebas dari cacat yang signifikan. Cacat yang dilarang meliputi buta sebelah yang jelas, pincang yang menghambat berjalan, sakit parah, atau terlalu kurus hingga sumsum tulangnya hilang. Namun, syariat tidak secara eksplisit mensyaratkan sapi harus dari ras premium, seperti Limousin atau Brahman, atau memiliki bobot tertentu. Tujuan utama kurban, sebagaimana dijelaskan dalam Surah Al-Hajj ayat 37, adalah ketakwaan, bukan kualitas fisik semata.

Pandangan Ulama tentang Kualitas Sapi

Mayoritas ulama dari mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali sepakat bahwa kualitas sapi kurban tidak diukur dari harga atau ras, tetapi dari pemenuhan syarat syariat. Imam Malik dalam Muwatta menekankan bahwa hewan kurban sebaiknya dalam kondisi baik, namun tidak harus yang terbaik di pasar. Syekh Yusuf Al-Qaradhawi menyatakan bahwa memilih sapi yang sehat dan cukup gemuk adalah sunnah, karena mencerminkan ikhtiar memberikan yang terbaik untuk Allah, sebagaimana teladan Nabi Ibrahim. Di Indonesia, Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Fatwa Nomor 24 Tahun 1981 menegaskan bahwa sapi kurban harus layak secara syariat, dengan preferensi pada hewan yang tampak sehat dan tidak terlalu kurus. Namun, ulama juga memahami kondisi ekonomi umat, sehingga sapi lokal dengan harga terjangkau tetap sah selama memenuhi syarat.

Pertimbangan Kualitas dari Aspek Kesehatan: Apakah Sapi Kurban Harus Berkualitas?

Kualitas sapi kurban juga penting dari perspektif kesehatan. Menurut Kementerian Pertanian RI, sapi kurban harus bebas dari penyakit seperti anthrax atau cacing hati, yang dapat membahayakan konsumen. Pada 2024, sebanyak 1,8 juta sapi kurban di Indonesia diperiksa oleh dinas peternakan untuk memastikan kelayakan. Sapi yang berkualitas biasanya memiliki ciri fisik seperti bulu mengilap, mata cerah, dan tubuh proporsional, menandakan kesehatan yang baik. Meski sapi kurus tidak dilarang, sapi yang terlalu kurus berisiko memiliki daging yang kurang layak konsumsi atau terinfeksi parasit. Oleh karena itu, memilih sapi dengan kualitas fisik yang baik bukan hanya soal estetika, tetapi juga keamanan pangan bagi penerima kurban.

Praktik Memilih Sapi Kurban di Indonesia

Di Indonesia, praktik memilih sapi kurban bervariasi sesuai kemampuan ekonomi dan budaya lokal. Di perkotaan seperti Jakarta, banyak masyarakat memilih sapi dari ras unggul dengan bobot 800-1.000 kg untuk memenuhi kebutuhan tujuh pekurban, dengan harga berkisar Rp 20-30 juta per ekor pada 2025. Di pedesaan, sapi lokal seperti Bali atau Madura, dengan bobot 300-500 kg, lebih umum karena harganya lebih terjangkau, mulai Rp 10-15 juta. Menurut data Kementerian Agama, 65% sapi kurban di Indonesia pada 2024 adalah jenis lokal, menunjukkan bahwa kualitas tinggi bukanlah keharusan. Panitia kurban sering kali mempertimbangkan jumlah daging yang dihasilkan, sehingga sapi yang lebih besar sering dipilih untuk memaksimalkan distribusi.

Etika dan Makna Memilih Sapi Berkualitas

Meski syariat tidak mewajibkan sapi premium, memilih sapi berkualitas mencerminkan etika ibadah kurban. Nabi Muhammad dalam hadis riwayat Tirmidzi menganjurkan umat Islam memberikan yang terbaik dari harta mereka untuk kurban, sebagai wujud keikhlasan. Sapi yang sehat dan cukup gemuk tidak hanya menghasilkan daging yang lebih banyak dan berkualitas, tetapi juga menunjukkan kepedulian terhadap penerima, seperti fakir miskin yang bergantung pada daging kurban sebagai sumber protein. Namun, bagi masyarakat dengan keterbatasan ekonomi, sapi yang memenuhi syarat minimal tetap diterima, karena Allah menilai niat dan ketakwaan, bukan nilai materi hewan.

Kesimpulan: Apakah Sapi Kurban Harus Berkualitas?

Sapi kurban tidak harus berkualitas tinggi seperti ras premium atau berbobot besar, tetapi harus memenuhi syarat syariat: cukup umur, sehat, dan bebas cacat signifikan. Pandangan ulama menegaskan bahwa ketakwaan adalah esensi kurban, bukan kualitas fisik semata, meski sapi yang sehat dan cukup gemuk dianjurkan sebagai bentuk ikhtiar terbaik. Hingga 8 Juni 2025, di Indonesia, pilihan sapi kurban bervariasi dari lokal hingga impor, sesuai kemampuan ekonomi. Memilih sapi berkualitas juga penting untuk keamanan pangan dan memaksimalkan manfaat bagi penerima. Dengan memahami syariat dan mempertimbangkan aspek kesehatan serta etika, umat Islam dapat menjalankan ibadah kurban dengan penuh makna, mencerminkan ketaatan kepada Allah dan kepedulian terhadap sesama.

 

BACA SELENGKAPNYA DI….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *