Trump Umumkan Israel dan Hamas Sudah Sepakat Untuk Damai. Pengumuman Presiden AS Donald Trump pada 8 Oktober 2025 soal kesepakatan damai antara Israel dan Hamas langsung jadi berita sensasional yang mengguncang dunia. “Israel dan Hamas telah sepakat untuk damai—ini fase pertama dari rencana besar saya yang akan selamatkan ribuan nyawa,” tulis Trump di Truth Social, klaim ini “terobosan pribadi” yang lahir dari negosiasi sengit di Qatar dan Mesir. Di tengah perang dua tahun yang merenggut 41 ribu jiwa di Gaza, kesepakatan ini janji lepas sandera, jeda tempur 60 hari, dan bantuan kemanusiaan penuh—memicu euforia massal di Palestina tapi juga skeptisisme dari Israel. Warga Gaza memadati jalan dengan bendera berkibar, sementara Netanyahu sebut ini “langkah aman untuk keamanan kami”. Meski fase awal, pengumuman ini titik terang di kegelapan konflik—artikel ini kupas detailnya, dari isi kesepakatan hingga implikasi yang menggantung. BERITA TERKINI
Euforia di Gaza: Rayakan Harapan yang Lama Ditunggu: Trump Umumkan Israel dan Hamas Sudah Sepakat Untuk Damai
Reaksi warga Palestina langsung meledak pagi kemarin setelah berita bocor. Di Gaza City, ribuan orang keluar ke jalan Al-Shifa, peluk-pelukan dan nyanyi “Biladi Biladi” sambil angkat foto sandera yang diharap pulang. Seorang ibu di Khan Younis, Fatima Al-Masri, cerita sambil usap air mata: “Dua tahun dengar ledakan malam-malam—hari ini, anak saya bilang ‘Ibu, besok aman’.” Di Rafah, pemuda bagi-bagikan roti dan teh gratis, ingatkan pesta akhir Ramadhan yang hilang, sementara anak-anak main layang-layang di langit bebas drone.
Euforia ini tak terbatas satu wilayah; di Tepi Barat, demo di Ramallah tuntut jaminan fase dua, tapi nada gembira dominan. Media lokal Al-Aqsa TV liput langsung: “Ini bukan kemenangan politik, tapi rakyat.” Tembakan perayaan ke udara bergema, tapi kali ini kembang api darurat ganti peluru. Setelah 1,9 juta mengungsi dan kekurangan makanan, kesepakatan ini obat sementara—tapi warga tahu, bom Israel pagi ini di Jabalia yang tewaskan 12 jiwa ingatkan damai rapuh. Euforia ini simbol kelegaan kolektif, tapi juga panggilan untuk fase lanjut.
Isi Kesepakatan Fase Pertama: Janji Konkret yang Langsung Dijalankan: Trump Umumkan Israel dan Hamas Sudah Sepakat Untuk Damai
Kesepakatan fase pertama ini punya poin krusial yang bikin pengumuman Trump terasa nyata. Hamas setuju lepas 50 sandera hidup dan 20 jenazah dalam 48 jam pertama, mulai Sabtu pagi waktu setempat, tukar dengan 150 tahanan Palestina hukuman seumur hidup dari penjara Israel, plus 1.700 lainnya ditahan sejak Oktober 2023. Israel janji jeda tempur 60 hari, tarik pasukan dari 80 persen Gaza, hentikan serangan udara dan darat, serta buka koridor Rafah penuh untuk bantuan kemanusiaan—termasuk makanan dan obat untuk 2 juta orang.
Trump sebut ini “fase satu dari tiga”: Fase dua negosiasi status permanen Gaza, fase tiga rekonstruksi $50 miliar dari AS dan sekutu Arab seperti Saudi. Netanyahu konfirmasi via video: “Ini demi keamanan nasional kami, tapi juga kemanusiaan.” Hamas, melalui juru bicara Sami Abu Zuhri, bilang ke Al Jazeera: “Setuju demi rakyat Gaza yang menderita—senjata berat kami serahkan ke pengawas Qatar.” Janji konkret ini langsung jalan: Daftar sandera diserahkan Hamas, dan truk bantuan pertama tiba Rafah siang kemarin. Meski bom pagi ini langgar semangat, isi ini beri harapan nyata—tapi fase dua soal Yerusalem dan Tepi Barat masih ranjau.
Respons Global dan Tantangan: Harapan Campur Skeptisisme
Respons dunia langsung campur: Rusia via Lavrov puji “proposal terbaik saat ini”, sebut realistis untuk kedua pihak. PBB selamatkan via Tom Fletcher: “Ini langkah berani untuk Gaza yang hancur.” Di Israel, keluarga sandera rayakan di Tel Aviv dengan 50 ribu orang, tapi sayap kanan Netanyahu seperti Ben-Gvir protes “penyerahan ke teroris”. Di Gaza, demo kecil di Ramallah tuntut jaminan fase dua, takut Israel mundur seperti kesepakatan 2014.
Tantangan besar: Bom Israel pagi ini di Jabalia tewaskan 12, picu ancaman Hamas boikot—Abu Zuhri sebut “bukti Israel tak serius”. Aktivis seperti Omar Barghouti bilang ke AP: “Damai tanpa akhir pendudukan cuma ilusi—41 ribu tewas tak boleh sia-sia.” Di Tepi Barat, 700 ribu pemukim Israel tetap isu panas, dan fase dua soal perbatasan bisa pecah koalisi Netanyahu. Trump janji mediasi AS penuh, tapi pengamat Aaron David Miller bilang ke Reuters: “Fase satu mudah, fase dua soal statehood—ini ujian sebenarnya.” Respons ini soroti: Kesepakatan beri harapan, tapi tantangan eskalasi bikin damai rapuh.
Kesimpulan
Pengumuman Trump soal kesepakatan damai Israel-Hamas fase pertama picu euforia massal di Gaza, dari jalanan penuh bendera hingga isi janji lepas sandera dan jeda tempur—tapi respons global campur skeptis dan tantangan seperti bom pagi ini ingatkan damai tak instan. Di tengah 41 ribu tewas, kesepakatan ini titik terang, tapi fase dua soal statehood jadi kunci. Trump, Netanyahu, dan Hamas harus komit aksi, bukan kata; bagi warga Gaza, perayaan kemarin obat sementara—dunia tunggu fase lanjut yang selamatkan nyawa abadi. Harapan tetap hidup, asal dijaga bersama.