Banjir Besar Melanda Bali, Adakah Memakan Korban?

Banjir Besar Melanda Bali, Adakah Memakan Korban?

Banjir Besar Melanda Bali, Adakah Memakan Korban? Bali, pulau yang dikenal sebagai surga wisata, diterjang banjir besar yang mengguncang beberapa wilayah pada Sabtu dini hari, 13 September 2025. Hujan deras yang mengguyur sejak Jumat malam menyebabkan sungai meluap dan jalan-jalan utama tergenang, terutama di daerah Denpasar, Badung, dan Gianyar. Banjir ini tidak hanya mengganggu aktivitas warga lokal, tetapi juga wisatawan yang sedang menikmati libur akhir pekan. Tim penyelamat dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali langsung bergerak untuk mengevakuasi warga dan memberikan bantuan. Namun, pertanyaan besar yang muncul adalah: apakah banjir ini memakan korban jiwa? Artikel ini akan mengulas waktu, penyebab, dan dampak banjir besar di Bali dengan ringkas dan jelas. BERITA TOGEL

Kapan Banjir Ini Terjadi
Banjir besar melanda Bali mulai Jumat malam, 12 September 2025, sekitar pukul 22:00 WITA, dan mencapai puncaknya pada Sabtu dini hari, 13 September 2025, sekitar pukul 03:00 WITA. Hujan deras yang berlangsung selama lebih dari enam jam tanpa henti menyebabkan genangan air di berbagai wilayah. Daerah seperti Jalan Bypass Ngurah Rai di Denpasar, Kuta, dan beberapa desa di Gianyar seperti Ubud terendam hingga ketinggian 50 cm hingga 1 meter. Banjir mulai surut pada Sabtu siang setelah hujan reda, tetapi beberapa kawasan masih tergenang hingga sore hari. BPBD Bali mencatat bahwa banjir ini adalah salah satu yang terparah dalam tiga tahun terakhir, mengingatkan pada banjir besar di Badung pada Oktober 2022. Tim penyelamat bekerja hingga malam untuk memastikan semua warga aman dan jalan-jalan utama kembali bisa dilalui.

Apa Penyebab Utama Banjir Tersebut
Penyebab utama banjir ini adalah hujan lebat dengan intensitas tinggi yang tidak biasa untuk September, yang seharusnya menjadi musim kemarau di Bali. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat curah hujan mencapai 150 mm dalam waktu enam jam, membebani sistem drainase kota yang sudah rentan. Banyak saluran air di Denpasar dan Badung tersumbat akibat sampah plastik dan sedimen, memperparah genangan. Selain itu, Sungai Tukad Badung dan Sungai Mati di Gianyar meluap karena tidak mampu menampung volume air yang besar. Faktor lain adalah pembangunan pesat di Bali, seperti hotel dan vila di daerah pesisir, yang mengurangi area resapan air. Perubahan iklim juga diduga memperburuk situasi, dengan pola cuaca yang semakin sulit diprediksi. BPBD Bali menyebutkan bahwa kurangnya perawatan rutin pada saluran air dan bendungan menjadi faktor pendukung, membuat air hujan tidak bisa mengalir dengan baik dan menggenangi permukiman serta jalan raya.

Apakah Ada Korban Jiwa yang Meninggal Usai Banjir Ini
Beruntung, hingga laporan terakhir pada Sabtu malam, 13 September 2025, tidak ada korban jiwa yang dilaporkan akibat banjir ini. BPBD Bali dan tim SAR berhasil mengevakuasi sekitar 200 warga dari daerah terdampak, terutama di permukiman padat di Denpasar dan Badung. Beberapa warga mengalami luka ringan akibat terpeleset atau terkena puing, tetapi tidak ada yang kritis. Wisatawan di Kuta dan Seminyak juga dievakuasi dari hotel-hotel yang tergenang, dengan sebagian besar dipindahkan ke tempat yang lebih aman. Meski tidak ada korban jiwa, kerusakan material cukup signifikan. Puluhan rumah di Denpasar Selatan dan Gianyar rusak akibat air masuk, dan beberapa kendaraan di Jalan Bypass Ngurah Rai terendam hingga tidak bisa digunakan. Pengelola hotel di Kuta melaporkan kerugian akibat pembatalan reservasi, meski situasi mulai pulih seiring surutnya air. BPBD Bali terus memantau untuk memastikan tidak ada bahaya lanjutan seperti tanah longsor di daerah pegunungan.

Kesimpulan: Banjir Besar Melanda Bali, Adakah Memakan Korban?
Banjir besar yang melanda Bali pada 13 September 2025 menjadi pengingat bahwa bencana alam bisa terjadi kapan saja, bahkan di musim kemarau. Dipicu oleh hujan lebat, drainase yang buruk, dan dampak pembangunan, banjir ini mengganggu kehidupan warga dan wisatawan di Denpasar, Badung, dan Gianyar. Meski tidak memakan korban jiwa, kerusakan material dan gangguan ekonomi cukup signifikan, terutama bagi sektor pariwisata yang menjadi tulang punggung Bali. Respons cepat dari BPBD dan tim SAR berhasil mencegah dampak yang lebih parah, tetapi kejadian ini menyoroti perlunya perbaikan infrastruktur drainase dan pengelolaan lingkungan yang lebih baik. Bagi Bali, yang bergantung pada citra sebagai destinasi wisata, kejadian ini menjadi pelajaran untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi perubahan iklim dan bencana di masa depan.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *