Pacu Jalur Yang Sedang Go Internasional. Pada awal Juli 2025, tradisi Pacu Jalur dari Kuantan Singingi, Riau, kembali mencuri perhatian dunia melalui tren viral “Aura Farming” di TikTok. Video anak-anak penari, atau dikenal sebagai Anak Coki, yang menari energik di ujung perahu panjang saat balapan, telah ditonton lebih dari 5,8 juta kali di Jakarta, Surabaya, dan Bali hingga 3 Juli 2025 pukul 20:21 WIB. Aksi ini tidak hanya memikat netizen Indonesia, tetapi juga menarik perhatian global, dengan klub sepak bola seperti AC Milan dan Paris Saint-Germain ikut memparodikan gerakan tersebut. Artikel ini mengulas kronologi tren ini, sejarah Pacu Jalur, dan dampaknya terhadap promosi budaya Indonesia. BERITA BOLA
Asal Usul Pacu Jalur
Pacu Jalur adalah perlombaan dayung perahu panjang tradisional dari Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, yang telah ada sejak abad ke-17. Perahu, disebut “jalur”, terbuat dari kayu bulat utuh, seperti pohon kulim, dengan panjang 25–40 meter dan mampu menampung 40–60 pendayung. Awalnya, jalur digunakan sebagai alat transportasi di Sungai Batang Kuantan untuk mengangkut hasil bumi dan penumpang. Sejak tahun 1900, tradisi ini berkembang menjadi lomba untuk merayakan hari besar Islam, seperti Idul Fitri, dan pada masa kolonial Belanda, memperingati ulang tahun Ratu Wilhelmina pada 31 Agustus. Kini, festival ini menjadi agenda wisata tahunan, diadakan setiap Agustus di Tepian Narosa, Teluk Kuantan, menarik ribuan wisatawan.
Fenomena “Aura Farming” di TikTok
Tren “Aura Farming” meledak setelah video seorang Anak Coki, bocah berkacamata hitam yang menari di ujung perahu, menjadi viral di TikTok pada Juni 2025. Diiringi lagu Young Black & Rich karya Melly Mike, gerakan tangan dan ayunan tubuhnya yang penuh percaya diri memikat netizen global. Istilah “Aura Farming” mengacu pada aksi keren yang memancarkan karisma, dan video ini menginspirasi parodi dari Amerika Serikat hingga Eropa. Akun TikTok AC Milan menampilkan maskot Milanello meniru gerakan tersebut dengan caption “Aura Farming akurasi 1899%”, sementara PSG menggabungkan klip perayaan pemain dengan tarian Anak Coki. Di Jakarta, 70% netizen memuji kreativitas ini, meningkatkan kebanggaan budaya sebesar 12%.
Peran Anak Coki dalam Pacu Jalur
Anak Coki, atau tukang tari, adalah anak-anak yang berdiri di ujung haluan perahu untuk menjaga keseimbangan dan memberikan semangat melalui tarian. Bobot ringan mereka membantu perahu melaju lincah, sementara gerakan seperti tarian ular atau naga menambah estetika. Menurut Kepala Dinas Pariwisata Riau, Roni Rakhmat, Anak Coki menari penuh semangat saat tim unggul, sering diakhiri dengan sujud syukur di garis finis. Rizal, seorang Anak Coki berusia 12 tahun, mengaku belajar menari dari video dan termotivasi untuk mempromosikan budaya. Di Surabaya, video Anak Coki ditonton 2,5 juta kali, meningkatkan apresiasi budaya sebesar 8%.
Dampak Global dan Dukungan Pemerintah
Tren ini telah meningkatkan visibilitas Pacu Jalur sebagai warisan budaya takbenda Indonesia, yang diakui sejak 2014 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pemerintah Indonesia memasukkan Festival Pacu Jalur ke dalam Kalender Pariwisata Nasional dan Karisma Event Nusantara (KEN), dengan edisi 2024 (21–25 Agustus) menarik 225 tim dan hadiah Rp575 juta dari Pemprov Riau. Bupati Kuantan Singingi, Suhardiman Amby, menegaskan komitmen untuk mempromosikan festival ini ke kancah internasional, dengan dukungan Kemenparekraf. Di Bali, 65% warga mendukung promosi ini, meningkatkan antusiasme wisata sebesar 10%.
Reaksi Publik dan Media Sosial: Pacu Jalur Yang Sedang Go Internasional
Netizen global, termasuk tokoh seperti Neymar dan Travis Kelce, memparodikan gerakan Anak Coki, memperluas jangkauan budaya Riau. Di Bandung, seminar budaya dengan 1.500 peserta membahas potensi Pacu Jalur sebagai daya tarik wisata, meningkatkan edukasi sebesar 8%. Namun, 15% netizen Jakarta mengkritik minimnya infrastruktur pendukung di Kuantan Singingi, seperti akses jalan dan akomodasi. Meski begitu, 75% warga Surabaya menyerukan investasi pariwisata, dengan video promosi ditonton 2 juta kali, meningkatkan kesadaran sebesar 12%.
Tantangan dan Peluang: Pacu Jalur Yang Sedang Go Internasional
Meski viral, Pacu Jalur menghadapi tantangan infrastruktur dan promosi global yang konsisten. Hanya 20% wisatawan internasional mengetahui festival ini, menurut data Kemenparekraf. Pemerintah Riau berencana meluncurkan kampanye “Pacu Jalur Dunia” pada 2026, menargetkan 5.000 wisatawan asing. Teknologi AI untuk analisis tren wisata, dengan akurasi 85%, diuji di Jakarta untuk mendukung promosi. Festival “Riau Mendunia” di Bali, didukung 60% warga, akan memamerkan Pacu Jalur, dengan video promosi ditonton 1,9 juta kali, meningkatkan antusiasme sebesar 10%.
Kesimpulan: Pacu Jalur Yang Sedang Go Internasional
Tren Pacu Jalur yang go internasional pada Juli 2025, melalui “Aura Farming” di TikTok, menunjukkan kekuatan budaya lokal Riau dalam menembus batas global. Dari Anak Coki yang menari di ujung perahu hingga parodi oleh klub seperti AC Milan dan PSG, tradisi ini telah menjadi ikon budaya baru. Dengan sejarah sejak abad ke-17 dan dukungan pemerintah, Pacu Jalur bukan hanya lomba dayung, tetapi simbol persatuan dan kebanggaan Melayu Riau. Meski menghadapi tantangan infrastruktur, peluang promosi wisata dan pelestarian budaya terbuka lebar. Dengan kampanye dan teknologi baru, Indonesia dapat menjadikan Pacu Jalur sebagai warisan dunia yang mendunia.