Pasukan Israel Sudah Resmi Mundur dari Gaza. Langkah bersejarah di Timur Tengah: pasukan Israel resmi mundur dari sebagian besar wilayah Gaza pada Kamis malam, 9 Oktober 2025, menandai dimulainya fase pertama gencatan senjata dengan Hamas. Pengumuman dari Israel Defense Forces (IDF) ini datang setelah kesepakatan mediasi AS yang dipimpin Donald Trump, di mana Israel tarik pasukan sebagai ganti pelepasan sandera awal oleh Hamas. Ribuan warga Palestina sudah mulai kembali ke rumah-rumah hancur di utara Gaza, sambil bawa barang seadanya di bawah pengawasan drone. Trump, yang sebut ini “deal of the century” versi Gaza, bilang di Gedung Putih, “Ini awal perdamaian abadi—mereka semua lelah bertarung.” Di tengah euforia dan skeptisisme, penarikan ini bukan akhir konflik dua tahun yang klaim 40 ribu nyawa, tapi potensi titik balik. Apa yang sebenarnya terjadi di balik garis depan, dan bagaimana langkah selanjutnya? BERITA TERKINI
Latar Belakang Kesepakatan: Mediasi Trump yang Kontroversial: Pasukan Israel Sudah Resmi Mundur dari Gaza
Kesepakatan ini lahir dari negosiasi maraton yang Trump pimpin langsung, libatkan mediator Qatar dan Mesir sejak akhir September. Rencana 20 poin Trump janji gencatan bertahap: fase satu, Israel tarik pasukan dari koridor utara Gaza dalam 24 jam, Hamas lepas 50 sandera (termasuk warga sipil dan tentara) dalam 72 jam. Ini dimulai 9 Oktober setelah Hamas setuju kumpul sandera di Rafah untuk proses verifikasi. Trump sebut ini “sincere efforts” yang dukung delapan negara Arab-Muslim, termasuk Indonesia yang tawarkan pasukan penjaga perdamaian. Israel setuju karena tekanan domestik—demo di Tel Aviv tuntut sandera pulang, dan Netanyahu hadapi tuntutan korupsi. Hamas terima karena bantuan kemanusiaan masuk Rafah crossing mulai 14 Oktober, koordinasi UE. Ini fase awal; fase dua janji lepas sisa sandera dan penarikan total, dengan rekonstruksi Gaza 50 miliar dollar dari donor global. Trump bilang, “Fase satu saja sudah ubah segalanya—mereka tahu ini akhir jalan buntu.”
Detail Penarikan: Ribuan Warga Kembali, Tapi Gaza Masih Rusak: Pasukan Israel Sudah Resmi Mundur dari Gaza
Penarikan IDF selesai tepat waktu, dengan 80 persen pasukan tarik ke perbatasan, tinggalkan koridor utara Gaza bebas untuk warga. BBC laporkan 20 ribu Palestina trek utara Jumat pagi, bawa tenda dan makanan dari bantuan awal—tapi pemandangan pilu: rumah-rumah hancur, infrastruktur ambruk, dan risiko ranjau IDF yang belum dibersihkan. IDF konfirmasi mundur ke “new deployment lines” untuk jaga keamanan, sambil buka Rafah untuk truk bantuan pertama dalam bulan. Hamas mulai proses sandera: 30 sipil dan 20 tentara siap lepas Senin, verifikasi Qatar. Tapi keraguan muncul: Netanyahu bilang mundur “conditional”, sementara Hamas tuntut jaminan West Bank aman. Di Gaza, euforia campur duka—warga sambut bantuan makanan, tapi luka perang masih segar. Trump puji ini sebagai “victory”, tapi analis bilang fase satu rapuh tanpa tekanan ekonomi ke kedua pihak.
Respons Internasional: Harapan vs Skeptisisme
Dunia sambut mundur ini dengan campur aduk. PBB, lewat Guterres, sebut “step forward” dan desak fase dua cepat, dengan bantuan 1 miliar dollar untuk Gaza. AS Demokrat kritik Trump “overpromise” tanpa komitmen finansial jelas, sementara Republikan rayakan “Trump magic”. Di kawasan, Qatar dan Mesir mediasi rahasia, Arab Saudi janji bantu 500 juta dollar, Turki sebut “fruitful”. Iran ancam “eskalasi baru” kalau Israel langgar, sementara Rusia dukung karena aliansi dengan Iran. Di Israel, oposisi bilang ini “surrender” tanpa hancurkan Hamas total. Hamas bilang rencana Trump “half-baked”, tuntut detail rekonstruksi. Bagi Indonesia, ini peluang: tawaran pasukan kita bisa naikkan peran di PBB. Tantangan besar: siapa bayar 50 miliar? AS janji 10 miliar, tapi donor ragu tanpa jaminan perdamaian.
Kesimpulan
Mundur resmi pasukan Israel dari Gaza adalah langkah berani yang lahir dari mediasi Trump, dengan detail fase satu yang bawa harapan pulang kampung bagi warga. Dari latar negosiasi hingga respons global yang campur, ini potensi titik balik—tapi skeptisisme Hamas dan Netanyahu ingatkan perdamaian rapuh. Trump yakin “abadi”; dunia harap begitu. Di tengah luka dua tahun, langkah ini bisa jadi jembatan—atau cuma jeda. Gaza pantas damai; semoga fase dua ikut cepat.