Alasan Mengapa Presiden Dina Boluarte Dimakzulkan. Peru kembali berguncang oleh krisis politik yang mendalam, dengan pemakzulan Presiden Dina Boluarte yang disahkan Kongres pada malam 9 Oktober 2025. Alasan utama: ketidakmampuan moral dalam menangani ledakan kriminalitas yang melanda negara, yang disebut-sebut sebagai kegagalan terbesar pemerintahannya. Boluarte, yang naik tahta pada Desember 2022 setelah Pedro Castillo gagal kudeta, kini mundur dengan hormat setelah voting bulat 130-0 dari anggota parlemen. Penggantinya, Ketua Kongres José Jerí berusia 38 tahun, langsung disumpah sebagai presiden sementara, menjanjikan “perang total melawan kejahatan”. Di tengah ekonomi yang menyusut dan protes yang membara, pemakzulan ini bukan sekadar pergantian kursi, tapi klimaks dari instabilitas yang sudah tiga tahun ini gejolak. Bagi rakyat Peru yang lelah, ini harapan baru—atau babak baru drama presidensial yang tak ada ujungnya. BERITA TERKINI
Krisis Keamanan yang Jadi Pemicu Utama: Alasan Mengapa Presiden Dina Boluarte Dimakzulkan
Alasan pemakzulan Boluarte paling mencolok adalah kegagalannya kendalikan kriminalitas yang merajalela, terutama infiltrasi geng asing seperti Tren de Aragua dari Venezuela. Sejak 2023, kasus pembunuhan naik 50 persen, dengan penembakan massal di konser Lima pada September 2025 yang tewaskan 12 orang jadi titik puncak. Boluarte, yang awalnya janji reformasi polisi, malah dituduh lambat respons: anggaran keamanan naik tapi korupsi di kepolisian makin parah, dengan skandal suap geng yang libatkan pejabat tinggi. Kongres sebut ini “ketidakmampuan moral”, karena pemerintah gagal lindungi warga sipil di wilayah utara seperti Piura dan La Libertad, di mana geng kuasai jalanan dan narkoba.
Krisis ini bukan isu baru; Boluarte mewarisi negara yang terbelah pasca-kudeta Castillo, tapi ketidakmampuannya atasi akar masalah—kemiskinan 30 persen dan migrasi Venezuela 1 juta orang—bikin situasi memburuk. Protes massal 2022-2023 yang tewaskan 60 demonstran tambah noda: laporan Amnesty bilang polisi gunakan kekerasan berlebih, dan Boluarte dituduh tutup mata. Di sidang pemakzulan, anggota oposisi seperti dari partai kiri sebut ia “gagal moral” karena prioritaskan politik daripada rakyat. Hasilnya, kepercayaan publik anjlok ke 15 persen, dengan survei Juli 2025 tunjuk 70 persen warga dukung impeachment. Krisis keamanan ini tak cuma angka; ia hancurkan kehidupan sehari-hari, dari pedagang kecil yang takut dirampok hingga keluarga yang kehilangan anggota.
Proses Pemakzulan yang Cepat dan Bulat: Alasan Mengapa Presiden Dina Boluarte Dimakzulkan
Proses pemakzulan berlangsung kilat, dimulai mosi darurat dari koalisi partai kanan dan kiri pada sore 9 Oktober, hanya berjam-jam setelah laporan baru soal eksekusi geng di Callao. Kongres, yang satu majelis dengan 130 anggota, debat singkat soal “incapacidad moral permanente”—klausa konstitusi yang izinkan impeachment tanpa bukti pidana. Boluarte tak hadir, tapi utusannya argumen bahwa ia sudah bentuk satuan tugas anti-geng, meski data tunjuk penangkapan hanya 20 persen target. Voting bulat 130-0 tak biasa; biasanya ada abstensi, tapi kali ini oposisi dan sekutu Boluarte setuju karena tekanan publik.
Jerí, dari Alianza para el Progreso, naik jadi presiden sesuai konstitusi: tanpa wakil, ketua kongres gantikan eksekutif sementara hingga pemilu 90 hari. Pidato sumpahnya pagi 10 Oktober tekankan reformasi: tingkatkan anggaran polisi 20 persen dan dialog dengan gubernur daerah. Ini mirip kasus Martín Vizcarra 2020, tapi bedanya, Boluarte mundur tanpa perlawanan, mungkin karena dukungan militer goyah. Proses ini soroti kelemahan sistem Peru: kongres sering gunakan impeachment sebagai alat politik, dengan enam presiden ganti sejak 2016. Tapi kali ini, bulatnya voting tunjuk konsensus langka atas kegagalan Boluarte, yang popularitasnya jatuh gara-gara skandal Rolex dan tuduhan korupsi keluarga.
Dampak Politik dan Ekonomi Jangka Pendek
Pemakzulan ini langsung guncang Peru secara luas. Politik: Jerí, pengacara muda dari Cusco, janji stabilkan koalisi kongres yang rapuh, tapi oposisi kiri tuntut pemilu segera untuk hindari “kudeta parlementer”. Militer, yang loyal ke Boluarte, kini uji Jerí dengan tuntut anggaran lebih untuk operasi anti-geng. Di jalanan, protes di Lima dan Arequipa mereda sementara, tapi aktivis bilang ini peluang tuntut reformasi konstitusi 1993 yang beri kongres terlalu banyak kuasa.
Ekonomi: pasar saham Lima turun 3 persen pagi ini, dengan obligasi naik premi risiko karena ketakutan instabilitas. Pertambangan, pilar 60 persen ekspor, khawatir operasi terganggu di wilayah konflik seperti Cajamarca. IMF tunda review pinjaman US$4 miliar, tuntut rencana stabilisasi dari Jerí. Bagi warga, ini berarti harga bahan pokok naik 5 persen, tambah beban kemiskinan yang sudah 30 persen. Tapi positifnya, Jerí janji moratorium ekspor tembaga untuk dana sosial, langkah yang bisa redam protes petani. Internasional, AS dan UE beri selamat tapi minta transparansi, sementara Venezuela tuduh ini “kudeta elite”. Dampak jangka pendek: Peru butuh 90 hari stabil untuk hindari resesi, tapi sejarah tunjuk transisi sering picu kekacauan.
Kesimpulan
Pemakzulan Dina Boluarte pada 9 Oktober 2025 jadi akhir tragis bagi pemerintahan yang lahir dari kudeta, dengan alasan ketidakmampuan moral atas krisis keamanan yang hancurkan kepercayaan rakyat. Dari ledakan kriminalitas hingga proses kongres yang bulat, ini soroti kegagalan sistemik Peru yang butuh reformasi mendalam. Jerí bawa harapan segar dengan janji aksi cepat, tapi tantangan politik-ekonomi tetap berat. Bagi Peru yang lelah gejolak, ini saatnya pemimpin baru bukti janji—bukan tambah babak baru kekacauan. Di negeri Inca yang indah tapi rapuh, stabilitas bukan mimpi, tapi keharusan untuk masa depan yang lebih cerah.