Alasan Bandara California Tidak Memiliki Petugas ATC. Di tengah kekacauan politik Washington yang memicu government shutdown federal sejak akhir September 2025, langit California jadi korban tak terduga: bandara-bandara sibuk tanpa petugas pengendali lalu lintas udara (ATC). Pada 6 Oktober malam, menara ATC di Bandara Burbank—hub penting untuk penerbangan regional Los Angeles—sepenuhnya kosong selama hampir enam jam, picu penundaan puluhan penerbangan dan kekacauan di darat. Ini bukan insiden terisolasi; kekurangan staf ATC yang sudah kronis kini diperburuk shutdown, dengan FAA laporkan peningkatan sick calls hingga 20% di fasilitas California. Di saat libur panjang mendekat, penumpang di LAX dan SFO alami delay rata-rata 45 menit, ingatkan betapa rapuhnya sistem penerbangan AS. Artikel ini kupas alasan utama di balik absennya petugas ATC di bandara California: tekanan shutdown, backlog rekrutmen, dan beban kerja berlebih—semua yang bikin langit Golden State terasa lebih gelap. BERITA TERKINI
Dampak Langsung Government Shutdown pada Staffing ATC: Alasan Bandara California Tidak Memiliki Petugas ATC
Government shutdown federal, yang dipicu perselisihan anggaran Kongres, langsung pukul operasi FAA—agensi yang kelola ATC nasional. Tanpa dana, petugas ATC tak dapat gaji tepat waktu, dorong gelombang sick calls massal sebagai bentuk protes diam-diam. Di California, Burbank Airport jadi contoh nyata: pada 6 Oktober, seluruh kru ATC absen dari pukul 16.15 hingga 22.00, paksa pilot andalkan prosedur non-radar dan koordinasi darat manual. FAA konfirmasi, ini bagian dari pola nasional di mana 15% tower kecil tutup sementara, tapi di negara bagian ini—dengan lalu lintas udara terpadat kedua AS—efeknya lebih parah.
Shutdown ini mirip 2019, saat 800.000 pekerja federal tak dibayar, termasuk 23.000 petugas ATC yang akhirnya sebabkan 10.000 delay harian. Kini, di 2025, situasi lebih buruk karena backlog libur akhir tahun: petugas yang sakit tak tergantikan, picu efek domino di bandara seperti John Wayne di Orange County, di mana penerbangan malam delay hingga dua jam. Menteri Transportasi Sean Duffy akui, shutdown tambah stres pada kru yang sudah overwork, dengan banyak yang kerja enam hari seminggu. Di California, di mana penerbangan domestik capai 1,2 juta per tahun, absennya ATC bukan cuma angka—ini berarti risiko keselamatan naik dan ekonomi lokal rugi jutaan dolar per hari dari penumpang terlantar.
Kekurangan Kronik Petugas ATC dan Tantangan Rekrutmen: Alasan Bandara California Tidak Memiliki Petugas ATC
Di balik shutdown, akar masalahnya lebih dalam: FAA kekurangan 3.500 petugas ATC secara nasional, dengan California paling terdampak karena volume penerbangan tinggi di LAX (bandara tersibuk AS). Sejak 2021, pensiun massal pasca-pandemi dan tingginya turnover—karena stres dan gaji tak kompetitif—bikin kekosongan 12% posisi. Di bandara kecil seperti Monterey atau Santa Barbara, tower ATC sering unmanned karena sulit rekrut: pelatihan butuh 3-5 tahun, biaya jutaan dolar per orang, tapi gaji awal cuma 50.000 dolar—kurang menarik dibanding maskapai swasta.
Faktor lain: krisis perumahan California bikin petugas sulit tinggal dekat bandara, plus persaingan dengan tech Valley yang tawarkan kerja fleksibel. FAA coba rekrut 1.800 orang baru tahun ini, tapi hanya 40% lulus ujian medis dan psikologis ketat. Di shutdown, program ini beku, tingkatkan tekanan pada yang tersisa: overtime wajib capai 20 jam seminggu, picu burnout. Hasilnya, bandara seperti Oakland alami delay kronis bahkan sebelum shutdown, dengan 25% penerbangan terlambat karena ATC overload. Ini bukan rahasia; serikat NATCA (National Air Traffic Controllers Association) sudah peringatkan sejak 2024, tapi Kongres lambat alokasikan dana modernisasi.
Upaya Mitigasi dan Harapan Jangka Pendek
Meski kacau, ada langkah cepat untuk redam dampak. FAA aktifkan protokol cadangan: di bandara tanpa ATC, pilot gunakan Common Traffic Advisory Frequency (CTAF) untuk koordinasi mandiri, sementara tower besar seperti LAX pinjam staf dari fasilitas tetangga. Di California, Gubernur Gavin Newsom koordinasi dengan maskapai untuk tambah slot penerbangan pagi, hindari jam puncak malam. NATCA desak anggota tetap kerja meski tak dibayar—risiko pemecatan jika absen—tapi janji tuntutan hukum jika shutdown molor.
Ke depan, harapan ada pada negosiasi Kongres: proposal bipartisan alokasikan 1 miliar dolar untuk rekrutmen ATC, plus insentif gaji 20% di daerah mahal seperti California. Teknologi bantu juga: sistem NextGen FAA, yang otomatisasi routing, sudah kurangi beban 15% di SFO. Tapi pakar bilang, solusi permanen butuh akhir shutdown dan reformasi jangka panjang—seperti pensiun dini kurangi dan pelatihan online percepat. Sementara itu, penumpang diimbau cek app FAA untuk delay real-time, dan maskapai tawarkan voucher sebagai jaminan. Di tengah ini, suara Duffy bergema: “Shutdown ini bukan akhir dunia, tapi pelajaran mahal soal prioritas nasional.”
Kesimpulan
Absennya petugas ATC di bandara California Oktober 2025 jadi cermin sempurna dari badai sempurna: government shutdown picu sick calls, ditambah kekurangan kronik dan beban kerja gila. Dari tower kosong di Burbank hingga delay massal di LAX, ini ancam keselamatan dan ekonomi—tapi juga dorong aksi cepat seperti protokol cadangan dan tuntutan reformasi. Saat Kongres berdebat, satu hal jelas: langit AS tak boleh jatuh gara-gara politik darat. Dengan rekrutmen lebih agresif dan dana tepat sasaran, California bisa kembali terbang lancar. Bagi penumpang, ini pengingat: pesawat aman saat kru didukung, dan shutdown akhirnya harus berakhir—sebelum delay jadi mimpi buruk liburan.