Gigitan Ular Tanah Tewaskan 7 Warga Suku Baduy. Tragedi menimpa komunitas Suku Baduy di Kabupaten Lebak, Banten, setelah tujuh warga meninggal dunia akibat gigitan ular tanah antara Juli dan Agustus 2025. Insiden ini, yang terjadi di wilayah Baduy Luar, memicu keprihatinan karena tingginya angka kematian dalam waktu singkat. Kurangnya akses ke fasilitas medis dan keterlambatan penanganan menjadi faktor utama yang memperparah situasi. Peristiwa ini menyoroti tantangan kesehatan di komunitas terpencil dan pentingnya pengetahuan tentang penanganan gigitan ular. Apa itu ular tanah, mengapa hewan ini banyak ditemukan di wilayah Baduy, dan apa yang harus dilakukan jika tergigit? Berikut ulasan lengkapnya. BERITA LAINNYA
Apa Itu Ular Tanah
Ular tanah, yang dikenal secara ilmiah sebagai Calloselasma rhodostoma atau lebih umum disebut ular tanah Malaya, adalah spesies ular berbisa yang banyak ditemukan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Ular ini memiliki tubuh pendek dan tebal, dengan panjang rata-rata 70-100 cm, serta ciri khas pola segitiga cokelat kemerahan di tubuhnya. Ular tanah termasuk dalam keluarga Viperidae, dikenal karena taring panjang dan bisa hemotoksik yang dapat menyebabkan pendarahan internal, pembengkakan, dan kerusakan jaringan. Gigitan ular ini sangat berbahaya jika tidak ditangani dengan cepat, dengan tingkat kematian mencapai 10-20% tanpa perawatan medis. Ular tanah biasanya aktif di malam hari dan sering bersembunyi di bawah dedaunan atau tanah, membuatnya sulit dideteksi, terutama di daerah pedesaan seperti wilayah Baduy.
Kenapa Ada Ular Tanah Disekitar Daerah Tersebut
Wilayah Baduy, yang terletak di pegunungan Lebak, Banten, merupakan habitat ideal bagi ular tanah karena kondisi lingkungannya. Daerah ini didominasi oleh hutan lebat, ladang, dan sawah dengan vegetasi tebal, menyediakan tempat bersemayam yang sempurna bagi ular tanah. Musim hujan, yang berlangsung sejak Juni hingga Agustus 2025, meningkatkan aktivitas ular karena banjir kecil memaksa mereka keluar dari sarang menuju area yang lebih kering, termasuk pemukiman warga Baduy. Selain itu, kegiatan pertanian dan tradisi berladang masyarakat Baduy sering membawa mereka ke area berisiko tinggi, seperti semak belukar atau tepi hutan, tempat ular tanah sering bersembunyi. Kurangnya penerangan di malam hari dan minimnya kesadaran tentang bahaya ular juga meningkatkan risiko gigitan. Faktor lingkungan ini, ditambah dengan terbatasnya akses ke serum anti-bisa di wilayah terpencil, membuat komunitas Baduy rentan terhadap ancaman ular tanah.
Jika Terkena Gigitan Ular Tanah, Apa Yang Harus Kita Lakukan Pertama Kali?
Jika tergigit ular tanah, langkah cepat dan tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi fatal. Pertama, tetap tenang untuk memperlambat penyebaran bisa dalam tubuh. Jangan memotong, menghisap, atau mengikat luka terlalu kencang, karena ini dapat memperburuk kerusakan jaringan. Bersihkan luka dengan air bersih untuk mencegah infeksi, lalu imobilisasi bagian tubuh yang tergigit—misalnya, dengan menjaga lengan atau kaki tetap diam menggunakan kain atau penyangga. Segera cari bantuan medis di fasilitas kesehatan terdekat, idealnya dalam waktu satu jam, karena serum anti-bisa (antivenom) adalah pengobatan paling efektif untuk gigitan ular tanah. Jika memungkinkan, catat ciri-ciri ular (warna, pola, ukuran) untuk membantu dokter mengidentifikasi jenis bisa. Hindari pengobatan tradisional seperti mengoleskan ramuan, karena ini sering tidak efektif dan membuang waktu berharga. Dalam kasus Suku Baduy, keterlambatan mencapai rumah sakit menjadi faktor utama tingginya angka kematian, menegaskan pentingnya akses cepat ke layanan medis.
Kesimpulan: Gigitan Ular Tanah Tewaskan 7 Warga Suku Baduy
Tragedi gigitan ular tanah yang menewaskan tujuh warga Suku Baduy di Lebak, Banten, menjadi pengingat akan bahaya satwa berbisa di wilayah pedesaan dan tantangan kesehatan di komunitas terpencil. Ular tanah, dengan bisanya yang mematikan, menjadi ancaman nyata di lingkungan hutan dan ladang Baduy, diperparah oleh musim hujan dan minimnya akses medis. Langkah pertolongan pertama seperti menjaga ketenangan dan segera mencari serum anti-bisa sangat krusial, namun keterbatasan infrastruktur sering menghambat penanganan. Peristiwa ini menyoroti perlunya edukasi tentang bahaya ular, peningkatan fasilitas kesehatan, dan distribusi serum anti-bisa di daerah terpencil. Bagi masyarakat Baduy, dukungan dari pemerintah dan organisasi kemanusiaan sangat dibutuhkan untuk mencegah tragedi serupa. Kejadian ini juga menjadi panggilan bagi kita semua untuk lebih waspada dan mempersiapkan diri menghadapi ancaman lingkungan di sekitar.